Laporan praktikum morfologi tumbuhan
LAPORAN PRAKTIKUM
Disusun
untuk memenuhi salah satu tugas
Mata
Kuliah Morfologi Tumbuhan
Dosen
: Agus Martono, M.Ed
Asisten
dosen : Triwahyu Agustina, M.Pd
Disusun
oleh :
MOHAMAD FAHMI
Pendidikan Biologi B /
III
Fakultas Tarbiyah dan
Keguruan
Universitas Islam Negeri
Sunan Gunung Djati
Bandung
2011
I. Judul :
Mengenal Organ Vegetatif pada Kecambah
II. Tujuan
Mengenal
dan membedakan organ – organ vegetatif tumbuhan melalui pengamatan pada kecambah
tumbuhan monokotil dan dikotil.
III. Teori Dasar
Tumbuhan
berbiji memiliki tubuh yang berkembang dengan baik serta menampakan
spesialisasi struktur dan fungsi sebagai hasil dari peristiwa diferensiasi.
Diferensiasi pada tubuh tumbuhan terjadi baik secara eksternal dan internal.
Diferensiasi eksternal membentuk organ – organ tubuh, sedangkan diferensiasi
internal membentuk berbagai macam sel, jaringan, dan sistem jaringan. Pada
tubuh tumbuhan terdapat tiga organ vegetatif utama yaitu akar, batang dan daun.
(Adi. Rahmat. 1996. Petunjuk Praktikum Morfologi
Tumbuhan)
Organ – organ vegetatif yang
membentuk tubuh tumbuhan merupakan pase
sporofit dari siklus hidup tumbuhan tersebut. Keberadaan tubuh tumbuhan ini
biasanya dimulai dari sel telur yang di buahi (zigot), yang selanjutnya
berkembang menjadi embrio. Berdasarkan pola perkembangannya, embrio memiliki
bentuk yang khas di mana terdapat suatu sumbu tubuh dan satu atau dua buah
tonjolan serupa daun yang disebut kotiledon. Sumbu tubuh di atas kotiledon
disebut epikotil (plumalla). Pada ujung epikotil ini terdapat sekelompok sel yang
aktif membelah yang disebut meristem apeks pucuk. Sumbut tubuh di bawah
kotiledon disebut hipokotil dan radikula. Pada ujung distal radikula terdapat
meristem apeks akar.
(Adi. Rahmat. 1996. Petunjuk Praktikum Morfologi
Tumbuhan)
Embrio tumbuhan terdapat di dalam
biji. Ketika biji berkecambah, meristem apeks pada epikotil tumbuh membentuk
daun, buku, dan ruas (batang), sedangkan meristem apeks akar tubuh membentuk
akar primer. Pada perkembangan selanjutnya meristem apeks pucuk membentuk
meristem aksilar pada setiap ketiak daun. Meristem ini akan tumbuh membentuk
cabang. Pada sebagian tumbuhan, meristem aksilar tetap tidak aktif, sehingga
tubuh tumbuhan tidak memiliki cabang.
(Adi. Rahmat. 1996. Petunjuk Praktikum Morfologi
Tumbuhan)
Perkecambahan merupakan proses
pertumbuhan dan perkembangan embrio. Hasil perkecambahan ini adalah munculnya
tumbuhan kecil dari dalam biji. Perubahan embrio saat perkecambahan umunya
adalah radikula tumbuh dan berkembang menjadi akar, selanjutnya plumula tumbuh
dan berkembang menhadi batang dan daun.
Berdasarkan letak kotiledon pada saat berkecambah, dikenal dua macam tipe
perkecambahan yaitu hipogeal dan epigeal.
Pada perkecambahan hipogeal,
terjadi pertumbuhan memanjang dari epikotil yang menyebabkan plumulla keluar menembus
kulit biji dan muncul di atas media tumbuh. Kotiledon tetap berada di dalam
media tumbuh. Perkecambahan hipogeal terjadi misalnya pada kacang kapri dan
jagung.
Pada perkecambahan epigeal,
hipokotil tumbuh memanjang, akibatnya kotiledon dan plumula terdorong ke
permukaan media tumbuh. Perkecambahan epigeal terjadi misalnya pada kacang
hijau dan jarak.
IV.
Alat dan Bahan
1. Buku catatan
2.
Buku
gambar
3.
Alat
tulis
4.
Silet
/ pisau Cutter
5.
Loupe
6.
Pensil
Warna
7.
4
Akua gelas
8.
Kapas
9.
4
biji jagung, 4 biji kacang merah. 4 biji kacang kedelai, 4 biji kacang hijau.
10. Air
V.
Langkah kerja
1. Mengambil satu per satu biji yang telah
disiapkan, membelahnya, dan mengamati kotiledon, plumulla dan radikula.
2. Menggambar hasil pengamatan tersebut
pada jertas gambar.
3. Memberi keterangan pada bagian –
bagiannya.
4. Mengambil biji yang baru untuk diletakan
di dalam gelas yang telah terisi oleh kapas dan telah disiram dengan air.
5. Meletakan biji tersebut di dalam akua
gelas
6. Mengamati dari hari ke 1 – hari ke 5
7. Memberi keterangan dari hari ke hari.
8. Memfoto dan menggambar hasil pengamatan
yang telah dilakukan.
Pertanyaan
1. Apakah perbedaan
yang mencolok dari kedua kecambah di atas?
Jawab :
Letak kotiledon
2. Di manakah letak
endosperm dan kotiledon ? Apa fungsi endosperm dan kotiledon tersebut?
Jawab :
Letaknya di atas dan di
bawah media tumbuh. Fungsinya sebagai cadangan makanan.
3. Jelaskan, bagaimana
keadaan akar primer pada empat kecambah di atas!
Jawab :
-
Bentuknya
runcing
-
Berwarna
putih kehijauan
-
Berserabut.
VII.
Pertanyaan Diskusi
VIII.
Kesimpulan
Pada
tubuh tumbuhan terdapat tiga organ vegetatif utama yag umumnya mudah dikenal.
Tiga organ tersebut adalah akar, batang, dan daun. Keberadaan tubuh tumbuhan
ini biasanya dimulai dari sel telur yang dibuahi (zigot), yang selanjutnya
berkembang menjadi embrio. Berdasarkan pola perkembangannya, di dalam embrio
terdapat suatu sumbu tubuh dan satu atau dua buah tonjolan serupa daun yang
disebut kotiledon. Sumbu tubuh di atas kotiledon disebut epikotil ( plumulae ).
Sumbu tubuh di bawah kotiledon disebut hipokotil dan radikula.
I. Judul : Mengamati beberapa sifat umum batang
II. Tujuan
Mengenal dan memahami beberapa sifat umum batang
III. Dasar teori
Batang merupakan salah satu bagian penting, dan
mengingat tempat serta kedudukan batang bagi tubuh tumbuhan. Batang dapat di
samakan dengan sumbu tubuh tumbuhan.
Pada umumnya batang mempunyai sifat – sifat berikut :
ร Umumnya berbentuk panang bulat seperti silinder atau
dapat pula mempunyai bentuk lain, akan tetapi selalu bersifat aktinomorf,
artinya sejumlah bidang di bagi menjadi dua bagian yang setangkup.
ร Terdiri atas ruas – ruas yang masing – masing dibatasi
oleh buku –buku dan disitulah terdapat daun.
ร Tumbuhnya biasanya ke atas, menuju cahaya matahari
atau bersifat fototrop atau heliotrope.
ร Selalu bertambah panjang di ujungnya, oleh sebab itu
sering dikatakan bahwa batang mempunyai pertumbuhan yang tidak terbatas.
ร Mengadakan percabangan dan salalu hidupnya tumbuhan
tidak digugurkan, kecuali kadang – kadang cabang atau ranting yang kecil.
ร Umumnya tidak berwarna hijau, kecuali tumbuhan yang
umurnya pendek, misalnya rumput dan waktu batang masih muda.
Batang juga mempunyai fungsi untuk :
ร
Mendukung bagian – bagian tumbuhan yang ada di atas tanah, yaitu : daun,
bunga, dan buah.
ร
Dengan percabangan memperluas bidang asimilasi, dan menempatkan bagian –
bagian tumbuhan di dalam ruang sedemikian rupa, hingga dari segi kepentingan
tumbuhan bagaian – bagian tadi terdapat dalam posisi yang paling menguntungkan.
ร
Jalan pengangkutan air dan zat – zat makanan dari bawah ke atas dan
jalan pengangkutan hasil – hasil asimilasi dari atas ke bawah.
ร
Menjadi tempat penimbunan zat – zat makanan cadangan.
Jika kita membandingkan berbagai jenis tumbuhan, ada
di antarannya tetapi ada pula tampaknya tidak berbatang, oleh sebab itu kita
membedakannya :
ร
Tumbuhan yang tidak berbatang
( planta acaulis ) tumbuhan yang benar tidak berbatang sesungguhnya tidak ada
hanya tampaknya saja tidak ada. Hal ini di sebabkan karena batang amat pendek,
sehingga daunnya seakan – akan keluar dari bagian atas akarnya dan tersusun
rapat satu sama lain merupakan suatu roset ( rosula ), seperti pada
lobak ( raphanus sativus L ), sawi ( Brassica juncea L ) . tumbuhan ini akan
memperlihatkan batang dengan nyata pada waktu berbunga dari tengah – tengah
roset daun akan muncul batang yang tumbuh cepat dengan daun – daun yang jarang
– jarang.
ร
Tumbuhan yang jelas berbatang
Batang tumbuhan dapat dibedakan seperti berikut :
·
Batang basah ( herbaceous
), yaitu batang yang lunak dan berair, misalnya pada bayam ( amaranthus
spinosus L ), krokot ( portulaca oleracea L ).
·
Batang berkayu ( lignosus),
yaitu batang yang biasa keras dan kuat, karena sebagian besar terdiri atas
kayu, yang terdapat pada pohon – pohon ( arbores ) dan semak – semak ( flutices
) pada umunya.
pohon
adalah tumbuhan yang tinggi besar, batang berkayu dan bercabang jauh dari
permukaan tanah, sedangkan semak adalah tumbuhan yang tak seberapa
besar, batang berkayu, atau malahan dalam tanah. Misalnya pohon mangga (
mangifera indica L,), semak ; sidaguri ( sida rhombifolla L ).
- Batang rumput ( calmus ), yaitu batang yang tidak keras, mempunyai ruas – ruas yang nyata dan seringkali berongga, misalnya pada padi ( orzya sativa L )
- Batang mendong ( calamus ), batang rumput tetapi mempunyai ruas – ruas yang lebih panjang, misalnya pada mendong ( fimbristylis globulosa kunth ), wlingi ( scirpus grossus L ) dan tumbuhan sebangsa teki ( cyperaceae ).
Bentuk Batang
Tumbuhan biji belah ( dicotyledoneae ) pada umumnya
mempunyai batang yang dib again bawahnya lebih besar dan ke ujung semakin
mengecil, jadi batanngnya dapat di pandang sebagai suatu kerucut atau limas
yang amat memanjang, yang dapat mempunyai percabangan atau tidak. Tumbuhan biji
tunggal ( monocotyledoneae ) sebaliknya mempunyai batang yang dari pangkal
sampai ke ujung boleh di kata tak ada perbedaan besarnya. Hanya pada beberapa
golongan saja yang pangkalnya tampak membesar, tetapi ke atas tetap sama.
Seperti pada palma ( palmae). Jika kita berbicara tentang bentuk batang
biasanya di maksudkan ialah bentuk batang pada penampang melintangnya, dan
dilihat dari sudut bentuk penampang melintangnya dibedakan menjadi macam –
macam bentuk batang,
a)
Bulat ( teres ),
misalnya bambu ( bambusa sp ), kelapa ( cocos nucifera L ).
b)
Bersegi ( angularis ),
dalam hal ini ada kemungkinan :
·
Bangun segitiga ( triangularis ), misalnya batang teki ( cyperus
rotundus ).
·
Segi empat ( quadrangularis
), misalnya batang markisa ( passiflora quadrangularis L ), iler ( coleus
scutellarioides benth ),.
c)
Pipih dan biasanya
lalu melebar menyerupai daun dan mengambil alih tugas daun pula. Batang yang
bersifat demikian di namakan :
·
Filokladia ( phyllocladium ),
jika amat pipih dan mempunyai pertumbuhan yang terbatas, misalnya pada jakang (
muehlenbeckia platyclada meissn ),.
·
Kladodia ( cladodium ),
jika masih tumbuh terus dan mengadakan perkecabangan, misalnya kaktus ( opuntia
vulgaris Mill.).
Dilihat permukaannya, batang tumbuh – tumbuhan juga
memperlihatkan sifat yang bermacam – macam, kita dapat membedakan permikaan
batang yang :
- Licin ( laevis ), misalnya pada jagung ( Zea mays L.)
- Berusuk ( costatus ), jika pada permukaan terdapat rigi – rigi yang membujur, misalnya iler ( coleus scutellarioides benth ).
- Beralur ( sulcatus ). Jika membujur batang terdapat alut – alur yang jelas, misalnya pada( cereus perivianus L), Haw.
- Bersayap ( alatus ), biasanya pada batang yang bersegi, tetapi pada sudut – sudutnya terdapat pelebaran yang tipis, misalnya pada ubi ( dioscorea alata L ) dan markisah ( passiflora quadrangularis).
selain dari itu permukaan batang dapat pula :
- Berambut ( pilosus ), seperti misalnya pada tembakau (nicotiana tabacum L).
- Berduri ( spinosus ), misalnya pada mawar ( rosa sp. )
- Memperlihatkan bekas – bekas daun, misalnya pada papaya ( carica papaya L) dan kelapa ( cocos nucifera L ).
- Memperlihatkan bekas – bekas daun penumpu, misalnya : nangka ( artocarpus integra merr ), keluwih ( artocarpus communis forst. )
- Memperlihatkan banyak lentisel, misalnya pada sengon ( albizzia stipulate bolv.)
- Keadaan – keadaan lain, misalnya lepasnya kerak ( bagian kulit yang mati ) seperti terlihat pada jambu biji ( psidium guanjava L,) dan pohon kayu putih ( melaleuca leucadendron L ).
Arah Tumbuh Batang
walaupun seperti telah dikemukakan, batang umumnya
tumbuh kearah cahaya, meninggalkan tanah dan air, tetapi mengenai arahnya dapat
memperlihatkan variasi, dan bertalian dengan sifat ini di bedakan batang yang
tumbuhnya :
- Tegak lurus ( erectus ), yaitu jika arahnya lurus ke atas, misalnya papaya ( carica papaya L ).
- Menggantung ( dependens pendulus ), ini tentu saja hanya mungkin untuk tumbuh – tumbuhan yang tumbuhnya di lereng – lereng atau tepi jurang, misalnya zebrine pendula schnitzel atau tumbuh – tumbuhan yang hidup di atas pohon sebagai epifit, misalnya jenis anggrek ( orchidaceae ).
- Berbaring ( himifusus ), jika batang terletak pada permukaan tanah, hanya ujungnya saja sedikit membengkok ke atas, misalnya pada semangka ( citrullus vulgaria schrad ).
- Menjalar atau merayap ( repens ), batang berbaring, tetapi dari buku – bukunya kelaur akar – akar, misalnya batang ubi jalar ( lpomoea batatas poir.)
- Serong ke atas atau condong ( ascendens ), pangkal batang seperti hendak berbaring, tetaapi bagian lainnya lalu membelok ke atas, misalnya pada kacang tanah ( arachis hypogaea L ).
- Mengangguk ( nutans ), batang tumbuh tegak lurus ke atas,tetapi ujungnya lalu membengkok kembali k bawah , misalnya pada bunga matahari ( helianthus annuus L).
- Memanjat ( scandens ), yaitu jika batang tumbuh ke atas dengan menggunakan penunjang, penunjang dapat berupa benda mati ataupun tumbuhan lain, dan pada waktu naik ke atas batang menggunkan alat – alat khusus untuk berpegangan pada penunjangnya ini, misalnya dengan :
- Akar pelekat, contohnya sirih ( piper betle L)
- Akar pembelit, misalnya panili ( vanilla planifolia andr )
- Cabang pembelit ( sulur dahan ), misalnya anggur ( vitis vinifera L )
- Daun pembelit atau sulur daun, misalnya kembang sungsang ( gloriosa superba L ).
- Tangkai pembelit, misalnya pada kapri ( pisum sativum L )
- Duri, misalnya mawar ( rosa sp ), bugenvil ( bougainvillea spectabillis wild )
- Duri daun, misalnya rotan ( calamus caesius )
- Kait, misalnya gambir ( uncaria gambir roxb),
h)
Membelit ( volubilis ), jika batang naik ke atas dengan menggunakan
penunjang seperti batang yang memanjat, akan tetapi tidak dipergunakan alat –
alat yang khusus, melainkan batangnya sendiri naik dengan melilit penunjangnya.
Menurut arah melilitnya d bedakan menjadi 2 macam :
1.
membelit ke kiri ( sinistrorsum
volibilis ), jika dilihat dari atas arah belitan berlawanan dengan arah putaran
jarum jam dapat pula dikatakan demikian : jika kita mengikuti jalannya batang
yang membelit itu, penunjang akan selalu di sebelah kiri kita. Batang yang
membelit ke kiri , misalnya pada kembang telang ( clitoria ternatea L ).
2.
membelit ke kanan ( dextrorsum volubillis ), jika arah belitannya sama
dengan arah gerakan jarum jam, atau jika mengikti arah belitan penunjang akan
selalu di sebelah kanan kita, batang tumbuhan yang membelit ke kanan tidak
banyak di temukan, contoh : gadung ( dioscorea hispida dennst ).
Percabangan
Pada Batang
Batang
suatu tumbuhan ada yang bercabang ada yang tidak, yang tidak bercabang
kebanyakan dari golongan tumbuhan yang berbiji tunggal ( monocotyledoneae ),
misalnya jagung ( zea mays ). Umumnya
batang memperlihatkan percabangan , entah banyak entah sedikit.
Cara percabangan percabangan ada 3 macam yaitu
- cara percabangan monopodial
- cara percabangan simpodial
- percabangan menggarpu
cabang yang besar yang biasanya langsung keluar dari
batang pokok lazimnya di sebut dahan ( ramus ), sedangkan cabang –
cabang yang kecil dinamakan ranting ( ramulus ). Cabang – cabang pada
suatu tumbuhan dapat bermacam – macam sifatnya, oleh sebab itu cabang – cabang
dapat dibedakan seperti di bawaah ini :
- geragih ( fllagelium stolo ), yaitu cabang – cabang kecil panjang yang tumbuh merayap, dan dari buku – bukunya ke atas keluar tunas baru dan ke bawah tumbuh akar – akar. Cabang ini dibedakan menjadi 2 macam :
1. merayap di atas tanah
2. merayap di bawah tanah
- wiwilan atau tunas air ( virga singularis ), yaitu cabang yuang biasnya tumbuh cepat dengan ruas - ruas yang panjang, dan seringkali berasal dari kuncup yang tidur dan kuncup – kuncup liar seringkali terdapat pada kopi ( coffea sp), dan pohon coklat ( theobroma cacao L.).
- sirung panjang ( virga), yaitu cabang – cabang yang biasanya merupakan pendukung daun – daun, dan mempunyai ruas – ruas yang cukup panjang. Pada cabang – cabang demikian ini tidak pernah dihasillakan bunga, oleh sebab itu sering di sebut cabang yang mandul (steril).
- Sirung pendek ( virgule atau virgule sucrescens ), yaiotu cabang – cabang kecil dengan ruas – ruas yang pendek yang selain daun biasanya merupakan pendukung bunga dan buah. Cabang yang dapat menghasilkan alat perkembangbiakan bagi tumbuhan ini disebut cabang yang subur ( fertil).
Cabang – cabang pada suatu tumbuhan biasanya membentuk
sudut yang tertentu dengan batang pokonya. Bergantung pada besar kecilnya sudut
ini, maka arah tumbuh cabang jadi berlarlainan. Umumnya orang membedakan arah
tumbuh cabang seperti berikut :
- Tegak ( fastigiatus ), yaitu jika sudut antara batang dan cabang amatr kecil, sehingga arah tumbuh cabang hanya pada pangkalnya saja sedijkit serong ke atas, tetapi selanjutnya hamper sejajar dengan batang pokoknya, misalnya wiwilan pada kopi ( coffea sp ).
- Condong ke atas ( patens ), jika cabang dengan batang pokok membentuk sudut kurang lebih dari 45 derajat, misalnya pada pohon cemara (casuarina equisetifolia L.).
- Mendatar ( horinzotalis ), jika cabang dengan batang pokok membentuk sudut sebesar kurang lebih 90 derajat celcius, misalnya pada pohon randu ( ceiba pentdra gaertn).
- Terkulai ( declinatus ), jika cabang pada pangkalnya mendatar, tetapi ujaungnya lalu melengkung ke bawah, misalnya kopi robusta ( coffea robusta Lindl. ).
- Bergantung ( pendulus ), cabang – cabang yang tumbuhnya ke bawah, misalnya cabang – cabang tertentu pada salix.
Mengenai soal batang, selain telah yang diuraikan di
muka, ada bermacam – macam tumbuhan yang mempunyai pangkal batang di dalam
tanah,yang merupakan suatu alat untuk menahan kala yang buruk. Pangkal batang
dalam tanah yang berguna untuk mengarungi kala yang buruk itu di sebut caudex, terdapat misalnya pada valerian
( veleriana officinallis L.), klembak ( Rheum officinale B,.,)
Dalam membicarakan perihal pangkal batang yang menjadi
alat untuk mempertahankan kehidupan tumbuhan mempunyai umur yang terbatas.
Karena kalau batangnya mati, biasanya tumbuhannya pun mati, maka tumbuhannya
seringkali di bedakan menurut panjang atau pendeknya umurnya, yaitu dalam :
- Tumbuhan annual ( annuus ), yaitu tumbuhan yang umurnya pendek, umumnya kurang dari satu tahun sudah mati atau paling banyak dapat mencapai umur satu tahun. Misalnya pada tumbuhan jagung ( zea mays L), kedelai (soja max piper ), kacang tanah ( arachis hypogea L).
- Tumbuhan bienal ( dua tahun ) ( biennis ), yaitu tumbuhan yang untuk hidupnya, mulai tumbuh sampai menghasilkan biji (keturunan baru )memerlukan waktu dua tahun. Misalnya pada biet (Beta vulgaris L),
- Tumbuhan menahun atau tumbuhan keras, yaitu yang dapat mencapai umur sampai bertahuyn – tahun belum juga mati,bahkan ada yang dapat mencapai umur saampai ratusan tahun. Misalnya empon ( Zingiberaceae).[1]
IV. Alat dan
Bahan
·
Luv
·
Mikroskop binokuler
·
Pensil warna
·
Buku gambar
·
Mistar
- Batang jati muda
- Batang jati tua
- Batang jagung muda
- Batang jagung muda
V. Langkah Kerja
- ambillah batang jati yang masih muda dengan beberapa daun yang masih melekat amati sifat- sifatnya, kemudian buat gambarnya.
- beri keterangan pada gambar yang anda buat dengan menunjukan apeks pucuk, buku, ruas, daun, dan tunas aksilar.
- Buatlah potongan melintang pada batang jati tadi, kira – kira 10 – 20 cm di bawah apeks pucuk.
- Gambarlah bagan melintang dari potongan tadiu dan tunjukan sifat aktinomorf batang pada bagan melintang yang telah anda buat.
- buatlah penampangan membujur ( memanjang) daerah apeks pucuk, amati kemidian gambarlah bagannya dan beri keterangannya dengan menunjukan bakal daun, tunas aksilar, dan meristem apeks. Gunakan luv,mikroskop binokuler untuk mempermudah pengamatan anda.
- lakukan hal yang sama ( 1- 5 ) untuk batang jagung.
Pertanyaan
1.
Sebutkan sifat – sifat kedua batang yang anda amati, termasuk sifat – sifat
permukaannya?
Jawab
:
Mempunyai
ruas dan buku, berbentuk bulat panjang atau silinder, memiliki tunas aksilar,
arah tumbuh fototrof / heliotrof.
2.
Di manakah tempat pelekatan daun dan apakah tempat itu mengalami perpanjangan?
Jawab
:
Di
buku (nodus). buku tidak mengalami perpanjangan karena termasuk meristem
aksilar.
3.
Apakah ada perbedaan sifat antara batang jati dan batang jagung?
Jawab
:
Batang
jati : keras dan kuat.
Batang
jagung : Lunak dan berair.
VII. Pertanyaan Diskusi
VIII. Kesimpulan
Batang
berfungsi sebagai tempat pelekatan daun, bunga dan buah. Juga sebagai jalan
pengangkutan air dan zat – zat mineral. Pada beberapa tumbuhan, batang
digunakan pula sebagai tempat menyimpan cadangan makanan.
Sifat
– sifat batang : terdiri dari ruas ( internode ) dan buku ( node ), selalu
berfsifar aktinomorf, fototrof atau heliotrof, memiliki tunas aksilar.
I.
Judul : Modifikasi Pada Batang
II.
Tujuan
Memahami
beberapa struktur tumbuhan yang merupakan hasil modifikasi dari batang.
III.
Dasar Teori
A. Sulur Batang dan
Sulur Cabang
Pada beberapa tumbuhan memanjat, batang biasanya
membentuk struktur khusus sebagai alat panjat yang disebut sulur. Sulur dapat
merupakan hasil dari modifikasi daun secara keseluruhan atau bagian –
bagiannya, atau merupakan modifikasi batang atau cabang. Sulur yang dibentuk
sebagai hasil dari modifikasi batang atau cabang disebut sebagai sulur batang
atau sulur cabang.
Sulur batang dapat mengalami pertumbuhan sekunder,
sehingga dapat menebal dan membentuk alat pegang yang permanen. Bila batang
yang menjadi sulur tersebut mengelilingi penyokongnya berkali – kali, tinggi
tumbuhan secara keseluruhan tampak lebih pendek dari panjang batang
sesungguhnya. Sulur batang dapat bercabang dan emiliki karakteristik umum
batang. Sulur batang merupakan alat panjat utama pada beberapa tumbuhan liana.
Sulur cabang dibentuk sebagai hasil modifikasi tunas
aksilar atau merupakan suatu cara penghentian tumbuhan apeks, pertumbuhan
selanjutnya dari tumbuhan itu akan diteruskann oleh tunas aksilar, sehingga
sumbu tubuh akan membentuk struktur simpodial. Sulur cabang yang terbentuk dari
hasil perkembangan tunas aksilar muncul dari ketiak daun. Pada sulur seperti
ini dapat dibentuk daun dan dapat pula tidak. Umumnya sulur cabang tidak
berdaun dan pertumbuhannya terbatas. Pada beberapa tumbuhan, sulur cabang dapat
mengala,i pertumbuhan sekunder.
B. Stolon
Pada beberapa tumbuhan, batang tumbuh mendatar tidak di
bawah permukaan tanah melainkan di atas permukaan tanah (menjalar di permukaan
tanah). Batang yang demikian itu disebut sebagai stolon. Stolon memiliki
struktur yang berbeda dengan rhizoma, ruas – ruas pada stolon lebih panjang dan
berdiameter lebih kecil. Pada setiap buku dari stolon biasanya terdapat akar
dan daun. Daun – daun pada stolon jarang sekali termodifikasi menjadi sisik.
Stolon berkembang dari kecambah ke arah radial, kemudian memisahkan diri karena
buku yang memiliki akar membentuk tunas baru atau karena terputus oleh sebab
mekanik. Pola percabangan pada stolon dapat monopodial atau simpodial.
C. Gladiol
Pada beberapa tumbuhan yang batangnya tumbuh di bawah
permukaan tanah, batang dapat mengalami pembengkakan sebagai akibat kebutuhan
akan organ tempat menyimpan cadangan makanan. Batang yang mengalami
pembengkakan tersebut dinamakan umbi batang. Umbi batang dapat trebentuk oleh
hanya satu ruas atau beberapa ruas batang dan pada setiap bukunya terdapat
sisik yang memiliki tunas aksilar. Tunas aksilar ini dapat tumbuh membentuk
sumbu vegetatif. Adanya sisik ( daun yang temodifikasi menjadi sisik ) dan
tunas aksilar membedakan umbi batang dan umbi akar. [2]
IV.
Alat dan Bahan
1.
Buku
catatan
2.
Buku
gambar
3.
Alat
tulis
4.
Silet
/ pisau Cutter
5.
Loupe
6.
Pensil
Warna
7.
Tumbuhan
gladiolus
8.
Tumbuhan
Tarforia ternatea
V.
Langkah Kerja
1. Mengambil satu tangkai tanaman gladiolus dan mengamati ruas, buku,
letak gladiol.
2. Menggambar tangkai tersebut dan
menunjukkan letak ruas, buku, dan gladiolnya.
3. Mengambil satu tangkai tumbuhan Taforia ternatea yang masih memiliki
sulur dan mengamati ruas, buku, letak sulur.
4. Menggambar tangkai tersebut dan
menunjukkan letak ruas, buku, dan sulurnya.
Pertanyaan
1. Dimanakah letak
sulur pada tanaman Taforea ternatea?
Jawab :
Pada ketiak daun
2. Perhatikan pada
tempat melekatnya sulur tersebut, apakah ada daun atau bekas daun ?
Jawab :
Tidak ada, karena
umumnya sulur tidak berdaun
3. Apakah tanaman
gladiolus yang anda amati memperlihatkan ruas dan buku?
Jawab :
Ada.
VII. Pertanyaan Diskusi
VII. Pertanyaan Diskusi
VIII. Kesimpulan
Sulur adalah alat panjat pada tumbuhan
memanjat. Sulur batang dibentuk sebagai hasil dari modifikasi batang. Sulur
batang dapat mengalami pertumbuhan sekunder sehinga dapat menebal dan membentuk
alat pegang yang permanen, sedangkan sulur batang dibentuk sebagai hasil
modifikasi tunas aksilar. Umumnya sulur cabang tidak berdaun dan pertumbuhannya
terbatas.
Pada beberapa tumbuhan, batang tumbuh
menjalar di permukaan tanah yang disebut stolon. Pada beberapa tumbuhan yang
lain batang tumbuh di bawah permukaan tanah dan mengalami pembengkakan sebagai
organ tempat menyimpan cadangan makanan. Batang yang membengkak tersebut
dinamakan umbi batang ( gladiol )
I.
Judul : Bagian
– Bagian Daun
II.
Tujuan
Mengenal dan
membedakan bagian-bagian daun dengan bagian-bagian tumbuhannya.
III. Dasar Teori
Daun merupakan
bagian tumbuhan yang berbentuk lembaran pipih, berwarna hijau. Ada beberapa
jenis daun yang berbentuk jarum seperti pada pinus, atau seperti sisik misalnya
pada kaktus.[3]
Sekalipun bentuk
dan ukuran daun bervariasi, pada dasarnya daun terdiri dari tiga bagian, yaitu
bagian basal yang berkembang menjadi pelepah ( Vagina ), tangkai ( Pteiolus
) dan helaian ( Lamina ). Daun yang memiliki ketiga bagian tersebut
disebut daun lengkap.[4]
Tumbuhan yang
mempunyai daun lengkap tidak begitu banyak jumlah jenisnya. Kebanyakan tumbuhan
mempunyai daun yang kehilangan satu atau dua bagian dari tiga bagian tersebut,
disebut daun tidak lengkap. Mengenai susunan yang tidak lengkap ada beberapa
kemungkinan :
1. hanya terdiri atas tangkai dan helaian
saja ;
2. terdiri dari upih dan helaian ;
3. daun hanya terdiri atas helaian saja
tanpa pelepah dan tangkai.
4. daun terdiri atas tangkai saja.[5]
a.
Upih
Daun atau Pelepah Daun ( Vagina )
Seperti telah
disebutkan di atas tidak semua tumbuhan mempunyai daun yang berupih. Daun yang
berupih umumnya hanya kita dapati pada tumbuhan yang tergolong tumbuhan berbiji
tunggal ( Monocotyledoneae ), suku empon-empon ( Zingiberaceae ),
pisang ( Musa paradisiaca L ), golongan palma ( Palmae ).[6]
Fungsi lain dari
pelepah daun adalah :
a. sebagai pelindung kuncup yang masih muda
;
b. memberi kekuatan pada batang tanaman.[7]
b.
Tangkai
Daun ( Petiolus )
Tangkai daun
merupakan bagian daun yang mendukung helaiannya dan bertugas untuk menempatkan
helaian pada posisi yang strategis hingga dapat memperoleh cahaya matahari
sebanyak – banyaknya.[8]
c.
Helaian
Daun ( Lamina )
Tumbuhan satu
sama lain memiliki helaian daun yang berbeda baik mengenai bentuk, ukuran,
maupun warnanya. Sebatang pohon dapat mempunyai hanya beberapa helai daun saja,
misalnya pisang, tetapi dapat pula memiliki helaian yang banyak, misalnya pohon
beringin.[9]
Suatu tanaman
yang memperlihatkan bentuk daun yang berbeda dalam satu pohon, dikatakan
memperlihatkan sifat heterofili, jika masing – masing terdapat pada
cabang yang berlainan. Jika pada satu cabang terdapat kedua macam bentuk daun
tadi, sifatnya disebut anisofili.[10]
Bentuk
Daun
Bentuk daun pada
dasarnya dinyatakan berdasarkan bentuk dari helaiannya tanpa dipengaruhi oleh
ada tidaknya torehan pada tepi daun. Istilah untuk menyatakan bentuk daun
tersebut biasanya digunakan kata – kata yang umum untuk menyatakan bentuk suatu
benda. Pada umumnya, istilah untuk menyatakan bentuk suatu benda selalu
dihubungkan dengan bentuk dua dimensi dari benda tersebut dan sebagian besar
didasarkan pada rasio panjang terhadap lebar ( indeks ). Selain itu, dalam
menyatakan suatu benda, letak bagian yang terlebar perlu diperhatikan apakah
bagian terlebar tersebut berada di bawah bagian tengah, di bagian tengah atau
di atas bagain tengah helaian. Dalam menyatakan bentuk suatu daun, selain
memperhatikan indeks dan letak bagian yang terlebar, dapat pula digunakan
bentuk persamaan dengan benda – benda lainnya, seperti bentuk tombak, panah, dsb.
Apeks dan Pangkal daun
Selain
bentuk helaian daun, apex dan pangkal daun juga memperlihatkan bentuk yang
beraneka ragam. Bentuk apex daun yang sering dijumpai antara lain runcing ( acutus ), meruncing (acuminatus ), tumpul ( obtusus ), membulat ( rotundus ), rompang ( truncarus ), terbelah ( retusus ), dan berduri ( mucronatus ). Istilah – istilah yang
digunakan untuk menyatkan bentuk apex daun pada umumnya dapat digunakan untuk
menyatakan bentuk pangkal daun. Namun, pada beberapa tumbuhan, bentuk pangkal
daun berkaitan erat dengan pelekatan daun tersebut terhadap batangnya. Contoh
istilah bentuk apexs dan pangkal daun diantaranya acuminate, acute, apiculate, aristate, caudate, cirrhose dll.[11]
Pertulangan Daun
Pertulangan daun merupakan suatu
karakteristik bagi daun tumbuhan. Dari segi anatomi, pertulangan daun
sebenarnya merupakan suatu ikatan pembuluh yang berada pada helaian daun.
Susunan pertulangan daun dari daun tumbuhan biasanya terdiri dari :
·
Tulang
daun primer ( Midrib, Costa )
·
Tulang
daun sekunder ( tulang daun lateral / nervus
lateralis )
·
Tulang
daun tersier ( Veins )
·
Tulang
daun kuarter ( Veinslet )[12]
Pada dasarnya
terdapat dua pola pertulangan daun yang umum ditemukan, yaitu pertulangan daun
menjala ( rericulate ) yang merupakan
karakteristik bagi tumbuhan dikotil dan pertulangan daun sejajar ( linier / striate ) yang merupakan
karakteristik bagi tumbuhan monokotil. Pola pertulangan daun menjala terbentuk
bila tulang daun mengalami percabangan yang banyak dan satu sama lain saling
beranastomosa serta ujung – ujungnya bebas, sedangkan pola pertulangan daun –
daun sejajar terbentuk bila suatu daun mempunyai tiga atau lebih tulang daun
primer yang letaknya kurang lebih sejajar satu sama lain mulai dari dasar
helaian daun hingga bertemu dibagian apeks daun.[13]
Tepi Daun
Pada daun
tunggal helaian daun dapat bertepi rata ( integer
/ entire ) atau bertoreh. Helaian daun dengan tepi bertoreh dangkal tidak akan merubah bentuk secara
keseluruhan, tetapi jika helaian daun bertoreh besar dan dalam dapat mempengaruhi
bentuk daun tersebut. Karena terbentuknya torehan ( sinus ) selalu mengikuti
pola pertulangan daun, maka istilah yang digunakan untuk menamakan tepi daun
yang bertoreh merupakan kombinasi antara sifat torehan dengan pertulangan daun.
Contohnya pinnatifissud.[14]
IV. Alat dan Bahan
·
Luv
·
Mikroskop binokuler
·
Pensil warna
·
Mistar
·
Buku gambar
·
Daun
bambu
·
Daun
jagung
·
Daun
cemara kipas
·
Daun
bawang
·
Daun
kelapa
·
Talas
pelangi
·
Solanum
lycopersicum
·
Rosa
sinensis
·
Telor
kodok
·
Eforbia
V. Langkah Kerja
1. Mengamati daun bambu, jagung,
cemara kipas, daun bawang, daun kelapa, talas pelangi, Solanum lycopersicum,
Rosa sinensis, telor kodok, dan eforbia. Lalu membandingkan bagian-bagian dari
semua jenis daun tersebut.
2. Menggambar daun tersebut dan
menunjukan bagian vagina, pteiolus, dan lamina.
Pertanyaan
1. Apakah
seluruh jenis daun yang anda amati menunjukkan begian – bagian daun yang
lengkap?
Jawab :
Tidak.
2. Sebutkan
bagian – bagian daun yang terdapat pada setiap jenis daun yang anda amati?
Jawab :
Lamina, Pteolus,
Vagina, veins, nervus lateralis, veinlets, costa.
3. Sebutkan ada
berapa bentuk apex dan pangkal daun yang anda temukan dari daun yang telah
diamati!
Jawab :
Apex : acute,
apikulate, mucronate, cuspidate, obtuse.
Pangkal :
Attenuate, cordate, coneate, sessile, amplexicaule, sagittate, reniform.
VII. Pertanyaan Diskusi
VII. Pertanyaan Diskusi
VIII.
Kesimpulan
Daun terdiri dari tiga bagian, yaitu
vagina, ptiolus, dan lamina. Daun yang memiliki ketiga bagian tersebut
dinamakan daun lengkap.
Bentuk daun pada dasarnya dinyatakn
berdasarkan bentuk dari helaianya dengan menggunakan istilah atau kata – kata
yang umum untuk menyatakan bentuk suatu benda. Apex dan pangkal daun juga
memperlihatkan bentuk yang beraneka ragam, contohnya runcing, meruncing,
tumpul, membulat, dll.
Susunan pertulangan daun biasanya
terdiri dari : tulang daun primer, tulang daun sekunder, tulang daun tersier,
dan tulang daun kuarter.
DAFTAR
PUSTAKA
Tjitrosoepomo, gembong. 2007. MORFOLOGI TUMBUHAN. Jogjakarta : Gadjah Mada University Press.
Syamsuri,
istamar. 2007. Biologi. Jakarta :
ERLANGGA.
Rahmat, adi. 2009. PETUNJUK
PRAKTIKUM MORFOLOGI TUMBUHAN. Bandung : Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA
IKIP Bandung.
[1] Tjitrosoepomo, gembong. 2007. MORFOLOGI TUMBUHAN. Jogjakarta : Gadjah
Mada University Press. Hal 76-90
[2] Rahmat, adi. 2009. PETUNJUK PRAKTIKUM MORFOLOGI TUMBUHAN. Bandung :
Jurusan Pendidikan Biologi FPMIPA IKIP Bandung. Hal 33-38
[3] Syamsuri, istamar. 2007.
Biologi. Jakarta : ERLANGGA. Hal 54
[4] Rahmat,
adi. 2009. PETUNJUK PRAKTIKUM MORFOLOGI TUMBUHAN. Bandung : Jurusan Pendidikan
Biologi FPMIPA IKIP Bandung. Hal 52
[5] Tjitrosoepomo, gembong. 2007. MORFOLOGI TUMBUHAN. Jogjakarta : Gadjah
Mada University Press. Hal 11
[6] Tjitrosoepomo,
gembong. 2007. MORFOLOGI TUMBUHAN. Jogjakarta : Gadjah Mada University Press. Hal
17
[7] Tjitrosoepomo, gembong. 2007. MORFOLOGI TUMBUHAN. Jogjakarta : Gadjah
Mada University Press. Hal 17
[8] Tjitrosoepomo, gembong. 2007. MORFOLOGI TUMBUHAN. Jogjakarta : Gadjah
Mada University Press. Hal 18
[9] Tjitrosoepomo, gembong. 2007. MORFOLOGI TUMBUHAN. Jogjakarta : Gadjah
Mada University Press. Hal 20
[10] Tjitrosoepomo, gembong. 2007. MORFOLOGI TUMBUHAN. Jogjakarta : Gadjah
Mada University Press. Hal 20
[11] Tjitrosoepomo, gembong. 2007. MORFOLOGI TUMBUHAN. Jogjakarta : Gadjah
Mada University Press. Hal
56 - 58
[12] Tjitrosoepomo,
gembong. 2007. MORFOLOGI TUMBUHAN. Jogjakarta : Gadjah Mada University Press.
Hal 62
[13] Tjitrosoepomo, gembong. 2007. MORFOLOGI TUMBUHAN. Jogjakarta : Gadjah
Mada University Press. Hal
62
[14] Tjitrosoepomo,
gembong. 2007. MORFOLOGI TUMBUHAN. Jogjakarta : Gadjah Mada University Press.
Hal 73 - 74
Komentar
Posting Komentar